Sabtu, 28 Mei 2011

KUE BETAWI

MACEM-MACEM KUE BETAWI
Banyak yang mengenal kue khas Betawi hanya sebatas dodol, roti buaya atau kembang goyang. Padahal masih banyak ragam kue Betawi lainnya yang juga enak-enak dan sekarang sudah mulai langka. Mau tau?

1. Lapis Legit
Tidak ada bedanya dengan lapis legit yang banyak dijual sekarang, tetapi, lapis legit asli betawi biasanya menggunakan 25 sampai 30 buah kuning telur ayam yang dicampur dengan tepung terigu, susu, dan mentega, lalu ditambahkan dengan bumbu spekkoek, agar aromanya menjadi harum. Pengerjaannya yang membutuhkan ketelatenan membuat lapis legit mahal dan hanya disajikan pada hari lebaran atau hajatan.

2. Sengkulun
Bertekstur kenyal, sekilas mirip kue keranjang yang disajikan saat tahun baru Cina. Hanya saja, sengkulun tidak dibungkus dengan daun pisang dan baru disantap dengan taburan kelapa parut. Bahannya adalah tepung ketan yang diaduk bersama santan dan gula merah, lalu dikukus hingga matang.

3. Kue Kelen
Adonannya hanya terdiri dari susu, telur, mentega yang dikukus hingga matang. Makanya, setelah matang kue kelen ini mirip seperti puding susu. Dulu, kue kelen disajikan dalam cucing (mangkuk kecil dari keramik Cina). Kini, demi alasan kepraktisan, kue kelen dibungkus dengan plastik.

4. Andepite
Kentang yang dihaluskan bersama santan, gula, dan telur, lalu dikukus hingga matang. Lalu dicetak dalam wadah bergerigi. Saat hendak disajikan, permukaannya ditaburi adas manis. Cita rasanya manis legit.

5. Kue Talam
Biasanya terdiri dari dua lapis dan terbuat dari campuran singkong, atau ubi, atau kentang, dengan santan, dan tepung beras yang dikukus. Di pasaran ada talam udang, talam hijau atau talam ubi. Cita rasanya bervariasi: manis (seperti talam hijau dan talam kentang) dan gurih (seperti talam udang).

6. Kue Satu
Pengerjaanya sedikit njelimet karena harus dicetak satu per satu di cetakan kayu, kemudian di ketuk-ketuk cetakannya hingga kuenya keluar. Bahan dasar kue warisan kuliner Cina ini adalah tepung kacang hijau yang ditumbuk bersama gula pasir hingga halus benar. Jika saat dicicipi kue satu meleleh di mulut, berarti kue tersebut terbuat dari tepung kacang hijau asli tanpa tambahan tepung lainnya.

7. Roti Buaya
Sepasang roti mirip buaya oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita sebagai lambang kesetiaan, seperti buaya yang sangat terkenal dengan pasangannya. Oleh karena itu harus diberikan sepasang.

Makanan Betawi Pinggiran

8. Jipang & Berondong
Jipang terbuat dari beras ketan goreng, lalu diaduk dengan cairan pekat gula, dicetak dan dipotong-potong. Sedangkan berondong terbuat dari biji jagung (popcorn) yang dibuat seperti jipang.

9. Dodol
Biasanya disajikan saat Lebaran atau hajatan. Penganan ini terbuat dari tepung ketan, santan dan gula merah yang digodok sampe pekat. Ada juga yang menambahkan bawang goreng dan kelapa gongseng sehingga aromanya wangi. Orang Betawi lebih senang membeli atau memesan daripada membuatnya sendiri karena pengolahannya yang lama.

10. Kembang Goyang
Cetakannya berbentuk sutil yang ujungnya seperti kembang. Setelah cetakan dicelupkan ke dalam adonan encer, digoreng di minyak panas sambil digoyang-goyang hingga terlepas. Karena itulah kue ini disebut kembang goyang. Terbuat dari tepung beras, santan, gula pasir dan kadang diberi tambahan wijen sehingga cita rasanya lebih unik.

11. Wajik
Beras ketan matang yang dimasak kembali bersama gula pasir atau gula merah, kelapa parut dan santan. Untuk pemanis, bisa juga ditambahkan dengan pewarna makanan. Setelah matang, wajik dicetak atau dibungkus dengan kertas minyak.

12. Sagon
Terbuat dari tepung ketan, gula pasir dan kelapa parut yang sudah disangrai hingga kering, lalu dicetak. Bentuk kuenya tergantung pada cetakannya. Ada yang oval, kotak, atau bergerigi. Saat digigit, sagon biasanya terasa agak sedikit keras.

13. Tape Uli (Tape Ketan & Uli Ketan)
Uli (ketan matang yang ditumbuk halus bersama kelapa parut dan sedikit garam) yang putih bersih, lembut dan gurih, paling pas dinikmati bersama tape ketan yang manis. Tak heran jika tape uli jadi penganan khas Betawi istimewa.

14. Geplak
Kue ini mirip kue sagon, namun teksturnya lebih halus, lembut dan lunak. Warnanya putih dan permukaanya ditaburi gula bubuk. Cita rasanya manis. Menyantapnya dengan cara 'dicubit-cubit' dengan tangan.

15. Rengginang
Dibuat dari beras ketan yang setelah diolah kemudian dijemur di bawah panas matahari dan digoreng hingga mengembang. Ada 2 pilihan rasa: rengginang manis dan rengginang asin.

16. Kue Pepe
Cita rasanya manis, terbuat dari tepung kanji dan santan. Lapisannya transparan dan beraroma harum daun jeruk purut. Ada yang lapisannya berwarna putih dan cokelat karena menggunakan gula merah, ada juga yang lapisannya putih hijau karena menggunakan gula pasir dan air perasan daun suji dan pandan. Ada juga yang berlapis putih merah atau pink karena tambahan pewarna makanan.

Jajanan Betawi
Makanan ini biasanya dijajakan keliling kampung dengan cara dipikul atau didorong dengan gerobak. Jika tidak, mereka mangkal di suatu tempat.

1. Kue Pancong Betawi
Kue bercita rasa manis dan gurih ini terbuat dari tepung beras dengan campuran kelapa parut dan taburan gula pasir diatasnya.

2. Kerak Telor
Karena digarang sampai kering hingga berbentuk seperti kerak, makanya sajian ini populer dengan sebutan kerak telor. Terbuat dari telor bebek yang dikocok bersama kelapa sangrai dan ebi, lalu ditaburkan ke atas aronan beras ketan yang dipanggang (selebar piring makan) diatas wajan tanpa tambahan minyak goreng. Cita rasanya gurih dan sedikit pedas. Dimakan hangat dengan taburan serundeng.

3. Kue Putu
Penjualnya memberi tanda kedatangannya dengan bunyi seperti tiupan pluit. Kue putu yang berwarna putih atau hijau dengan bahan dasar tepung beras sudah dicampur dengan air daun suji pandan. Isinya adalah sisiran gula merah. Karena dimasak dalam tabung bambu, kue ini beraroma harum. Disantapnya dengan kelapa parut.

4. Kue Rangi
Terbuat dari tepung beras dengan campuran parutan kelapa dan santan. Dipanggang di atas bara api dalam cetakan besi berbentuk lajur-lajur hingga matang. Dimakan dengan siraman gula merah cair yang dikentalkan dengan tepung maizena.

5. Kue Ape
Mirip serabi dari Solo. Warna kuenya putih atau hijau. Putih karena ke dalam adonannya tidak ditambahkan apa-apa, sedangkan yang hijau karena adanya larutan pandan dan daun suji di dalamnya. Terbuat dari tepung terigu, tepung beras, dan santan yang dikocok hingga rata. Lalu dipanggang dalam wajan mungil diatas bara api hingga bagian pinggirnya kering dan bagian tengahnya berbentuk seperti gunung.

kiseh nyate bang pitoeng



Berdasarkan penelusuran van Till (1996) berdasarkan Hindia Olanda 22-11-1892 (Koran Terbitan Malaya (Malaysia pada saat ini)). Pada tahun 1892 SI Pitung dikenal pada sebagai “One Bitoeng”, “Pitang", kemudian menjadi “Si Pitoeng” (Hindia Olanda 28-6-1892:3; 26-8-1892:2). Laporan pertama dari surat kabar ini menunjukkan bahwa schout Tanah Abang mencari rumah “One Bitoeng” di Sukabumi. Dari hasil penemuannya ditemukan Jas Hitam, Seragam Polisi dan Topi, serta beberapa perlengkapan lainnya yang digunakan untuk mencuri kampung (Hindia Olanda, 28-6-1892:2).Kemudian sebulan kemudian polisi menggeledah rumahnya kembali dan ditemukan uang sebesar 125 gulden. Hal ini diduga uang curian dari Nyonya De C dan Haji Saipudin seorang Bugis dari Marunda (Hindia Olanda 10-8-1892:2;2; 26-8-1892:2). Kemudian Si Pitung menggunakan senjata untuk mencuri pada tanggal 30 Juli 1892, ketika itu Si Pitung dan lima kawanannya (Abdoelrachman, Moedjeran, Merais, Dji-ih, dan Gering) menerobos rumah Haji Saipudin dengan mengancam bahwa Haji Saipudin akan ditembak.
Pada tahun 1892 Pitung dan kawanannya ditangkap oleh polisi sesudah adanya nasihat dari Kepala Kampung Kebayoran yang menerima 50 ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2) untuk menangkap Si Pitung. Setelah ditangkap, kurang dari setahun kemudian pada musim semi 1893, Pitung dan Dji-ih menrencanakan kabur dengan cara yang misterius dari tahanan Meester Cornelis. Sebuah investigasi kemudian dilakukan oleh Asisten Residen sendiri, tetapi tidak berhasil, karena kejadian tersebut Kepala Penjara dicurigai karena dimungkinkan melepaskan si Pitung dan Dji-ih. Akhirnya seseorang Petugas Penjara mengakui bahwa dia meminjamkan sebuah "belincong (sejenis linggis pencungkil)” kepada Si Pitung, yang kemudian digunakan untuk membongkar atap dan mendaki dinding (Hindia Olanda, 25-4-1893:3; Lokomotief 25-4 1893:2).
Akibat, Si Pitung lepas lagi, berdasarkan rumor Pitung pernah menampakkan diri ke seorang wanita di sebuah perahu dengan nama Prasman. Detektif mencoba mencari di kapal tersebut Hindia Olanda, 12-5-1893:3), tetapi hasilnya Pitung tidak dapat ditemukan. Semakin sulitnya menemukan Si Pitung, harga untuk penangkapan Si Pitung menjadi meningkat sebesar 400 Gulden. Pemerintah Belanda pada saat itu ingin "menembak mati" di tempat , tetapi sebagian pejabat mengatakan jika Pitung ditembak justru akan menumbuhkan semangat patriotik, sehingga niat ini diurungkan oleh kepolisian Batavia untuk menembak ditempat walaupun pada akhirnya hal ini dilakukan juga.
Sebagai tindakan balas dendam, Pitung melakukan pencurian secara kekerasan termasuk dengan menggunakan sejata api. Akhirnya Pitung dan Dji-ih membunuh seorang polisi intel yang bernama Djeram Latip (Hindia Olanda 23-9-1893:2). Dia juga mencuri wanita pribumi, Mie dan termasuk pakaian laki-laki serta pistol revolver dengan pelurunya. Pernyataan ini didukung oleh Nyonya De C seorang wanita pedagang di Kali Besar bahwa Pitung mencuri sarung yang bernilai ratusan Gulden dari perahu-nya (Hindia Olanda 22-11-1892:2).
Selanjutnya Dji-ih ditangkap kembali di kampung halamannya, karena menderita sakit. Dji-ih pulang ke kampung halamannya untuk pengobatan. Kemudian dia pindah ke rumah orang tua yang dikenal. Kepala kampung pada saat itu (Djoeragan) melaporkannya ke Demang kemudian memerintahkan tentara untuk menangkap Dji-ih dirumahnya. Karena dia terlalu sakit, dia tidak berdaya untuk melawan, walaupun pistol dalam jangkauannya. (Hindia Olanda 19-8-1893:2). Dia menyerah tanpa perlawanan. Untuk menutupi hal ini kemudian Pemerintah Belanda melansir di Java-Bode (15-8-1893:2) bahwa Dji-ih kabur ke Singapura. Informan yang bertanggungjawab melaporkan Dji-ih kemudian ditembak mati oleh Pitung di suatu tempat yang jauh dari Batavia beberapa minggu kemudian.
Pernyataan surat kabar Hindia Olanda yang menyatakan si informan mati dibunuh oleh Pitung,
“'Itoe djoeragan koetika ketemoe Si Pitoeng betoelan tempat sepi troes. Si djoeragan menjikip pada Si Pitoeng dan dari tjipetnja Si Pitoeng troes ambil pestolnja dari pinjang, lantas tembak si djoeragan itoe menjadi mati itoe tempat djoega.' (Hindia Olanda 1-9-1893:2.)
Beberapa bulan kemudian, di Bulan Oktober, Kepala Polisi Hinne mempelajari dari informan bahwa Pitung terlihat di Kampung Bambu, kampung di antara Tanjung Priok dan Meester Cornelis. Kemudian dalam perajalanannya Hinne diberikan laporan bahwa Pitung telah pindah ke arah pekuburan di Tanah Abang (Hindia Olanda 18-10-1893), kemudian Hinne menembaknya dalan penyergapan itu. Pitung ditembak di tangan, kemudian Pitung membalasnya. Kemudian Hinne menembak kedua kalinya, tetapi, meleset, dan peluru ketiga mengenai dada dan membuatnya terjerembap di tanah. Sehari sesudah kematiannya yaitu hari Senin, jenazah dibawa ke pemakaman Kampung Baru pada jam 5 sore.
Setelah Hinne menangkap Pitung setahun kemudian dia dipromosikan menjadi Kepala Polisi Distrik Tanah Abang untuk mengawasi seluruh Metropolitan Batavia-Weltevreden. Setelah kejadian tersebut Pemerintah Hindia Belanda melakukan pencegahan agar "Pitung"-"Pitung" yang lain tidak terjadi lagi di Batavia. Bahkan karena ketakutannya makam Si Pitung setelah kematiannya, dijaga oleh Pemerintah Belanda agar tidak di ziarahi oleh masyarakat pada waktu itu.
Kesaktian dan Kematian Si Pitung
Berdasarkan cerita legenda, Si Pitung dapat dibunuh oleh Belanda dengan beragam argumen tersebut diatas. Menurut Hindia Olanda (18-10-1893:2) sebelum ditangkap Pitung dalam keadaan rambut terpotong beberapa jam sebelum kematiannya pada hari Sabtu. Seperti yang diceritrakan oleh legenda bahwa kesaktian Si Pitung hilang akibat jimat-nya diambil orang (Versi Film Si Pitung Banteng Betawi), tetapi yang menarik versi lain menyatakan, bahwa Si Pitung dapat di-"lemahkan" jika dipotong rambut-nya. Berdasarkan koran Hidia Olanda tersebut dikatakan bahwa sebelum kematiannya Si Pitung telah dipotong rambutnya.

Kamis, 26 Mei 2011

LEGENDA SILAT BETAWI

Legenda Jago Silat Sabeni


Para pesilat Indonesia dalam SEA Games ke-24 di Bangkok menjadi juara umum. Dua tahun sebelumnya di Manila berada di urutan kedua setelah Vietnam. Padahal, para pesilat Vietnam mahir dalam ilmu bela diri ini setelah mendapat latihan dan bimbingan dari pelatih Indonesia.
Beberapa waktu lalu pernah ada usul agar pencak silat diikutsertakan dalam Olympiade. Bila usulan ini diterima, para pesilat Indonesia diharapkan bisa mempersembahkan medali emas bagi negaranya. Tapi, pencak silat sekarang ini telah berkembang di sejumlah negara termasuk di Eropa juga setelah mereka belajar dari para pesilat kita.

Bagi warga Betawi, main pencak silat adalah suatu kemustian. Pada tempo doeloe hampir di tiap kampung terdapat pendekar silat. Mereka sangat disegani, karena tingkah lakunya yang terpuji. Mereka menggunakan ilmu bela dirinya untuk amar ma’fur nahi munkar mengajar manusia ke jalan kebaikan dan mencegah kezaliman. Jauh dari tingkah laku para preman sekarang, yang main palak dan peres dengan kejamnya.
Kalau kita memasuki Jl KH Mas Mansyur dari arah Pasar Tanah Abang, di sebelah kanan jalan terdapat Jl Sabeni. Sabeni adalah pendekar silat Tanah Abang, yang lahir akhir abad ke-19 dan meninggal menjelang proklamasdi kemerdekaan (1945).
Ada peristiwa menarik yang dialami Sabeni pada masa penjajahan Jepang. Jepang yang tengah berperang melawan Sekutu memerlukan pemuda-pemuda untuk dijadikan Heiho semacam tenaga sukarelawan untuk membantu para prajurit Jepang.
Salah satu putra Sabeni, bernama Sapi’i, yang masih belia seperti juga pemuda lainnya, diharuskan menjadi Heiho. Ia pun ditempatkan di Surabaya. Karena tidak tahan menghadapi perlakuan tentara Dai Nippon, Sapi’ie minggat dari Surabaya dan ngumpet di rumah orang tuanya. Tentu saja pihak Kempetai (Polisi Rahasia Jepang) tidak tinggal diam dan terus mencari keberadaannya. Karena Sapi’ie tidak juga tertangkap, Kempetai menahan Sabeni sebagai jaminan.
Mengetahui Sabeni kesohor sebagai jago silat, Kempetai ingin mengujinya. Komandannya menantang Sabeni untuk diadu dengan anak buahnya, seorang serdadu jago karate. ”Kalau Sabeni menang, bebas dan boleh pulang,” kata sang komandan, tulis Bang Thabrani dalam buku Ba-be. Duel berlangsung di Markas Kempetai di Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat. Sabeni berhasil berkelit dari serangan-serangan ahli karate itu. Bahkan, ia kemudian berhasil merobohkan prajurit Jepang itu dengan ilmu pukulan kelabang nyebrang.
Sang komandan yang kecewa karena kekalahan anak buahnya, kemudian menghadapkan seorang jago sumo untuk menundukkan Sabeni. Sabeni siap menghadapinya. Jago Sumo memasang kuda-kuda, kedua kakinya maju kedepan, berdiri ngangkang. Tangan ditaro di atas paha segede paha kuda. Kemudian keluar dari mulutnya suara, ”Eeek …!” Sambil membentangkan tangannya.
Menghadapi lawan dalam keadaan demikian, Sabeni loncat kodok, ke atas dengkul musuh yang lagi ngeden. Dengkul lawan dianggap talenan, dipakai buat salto ke atas. Untuk kemudian menyambar ubun-ubun si jago sumo, yang langsung terjengkang, ngegeloso, kagak bisa berdiri lagi karena keberatan badan dan akibat pukulan jago silat Tenabang itu.

Untuk menghormati Sabeni, jalan di depan kediamannya di Tanah Abang menjadi Jl Sabeni. Sedangkan makamnya dipindahkan dari Gang Kubur ke Karet Bivak berdekatan dengan makam Husni Thamrin.
Di Kampung Kwitang, Jakarta Pusat, dekat Masjelis Taklim Habib Ali, juga terdapat seorang jago silat bernama Muhammad Djaelani, yang dikenal dengan nama singkat Mad Djelani. Dia pernah dihukum seumur hidup oleh Belanda. Sebabnya, sekitar 1940-an ia membunuh seorang konsul Jepang di Batavia, karena disangkanya seorang Cina kaki tangan Belanda. Ia dibebaskan oleh Barisan Pelopor pada masa revolusi fisik.
Salah seorang cucunya, H Zakaria, mewarisi ilmu silatnya, Mustika Kwitang. Pada tahun 1960-an, pasukan pengawal Presiden Soekarno, Tjakrabirawa, mendatangkan suhu (guru besar) karate dari Jepang, Prof Nakagama, yang telah mendapat predikat Dan 7, disertai mahaguru karate dari AS, Donn F Dragen. Zakaria, pemuda kelahiran Kwitang, itu diminta untuk memperlihatkan tehnik bermain silat kepada kedua mahaguru karate tersebut.
Zakaria, yang kala itu masih muda, dengan lihainya memperagakan jurus-jurus bermain senjata dan memecahkan batu dengan menggunakan pergelangan tangan. Jago silat Kwitang ini juga menunjukkan kemahirannya memainkan senjata tajam dengan kecepatan tinggi. Atraksi ini mengundang kekaguman master karate Jepang. Kepada Bung Karno saat diterima di Istana Negara ia mengatakan, ”Mengapa Anda memiliki pemain sebagus ini kok pemuda-pemudinya kurang menyukai. Justru lebih suka ilmu bela diri dari Jepang?”
Ketika menuturkan kisah ini kepada penulis, Zakaria mengatakan, ”Banyak orang Indonesia menganggap rendah pencak silat dan dianggap permainan kampungan. Padahal, di Eropa dan Asia, kini banyak orang yang mempelajarinya.” Zakaria sendiri telah mengajarkan silat di Eropa.
Pada masa penjajahan, pemerintah kolonial, tak mengizinkan permainan pencak silat. Karenanya, pada masa itu para pesilat kita belajar mulai pukul 02.00 dini hari sampai menjelang subuh. Alasan Belanda, kata Zakaria, para pemberontak seperti si Pitung, si Jampang, H Murtadho dan Entong Gendut dari Condet, adalah para ahli silat. Pada masa revolusi sejumlah ahli silat Betawi dan ulamanya bahu membahu memimpin barisan melawan Belanda.